Dual PanelManusia mesti menerima kesemuanja dengan sabar hati
1Lebih baiklah nama harum daripada minjak jang baik, dan hari adjal daripada hari lahir.
2Lebih baiklah pergi kerumah perkabungan daripada kerumah perdjamuan; sebab inilah kesudahan setiap manusia, dan siapa jang hidup hendaklah memperhatikannja!
3Lebih baiklah dukatjita daripada tertawa, sebab pada muka muram baiklah keadaan hatinja.
4Hati orang2 jang bidjak berada dirumah perkabungan, hati orang2 bodoh dirumah kesukaan.
5Lebih baiklah mendengarkan teguran orang bidjak, daripada mendengarkan pudjian orang2 jang bodoh.
6Sebab seperti keretek duri dibawah periuk, demikianpun adalah ketawa orang jang bodoh. Inipun kesia-siaan!
7Memang penindasan membuat orang bidjak mendjadi orang bodoh, dan sogok-suap memburukkan hati,
8Lebih baiklah achir bitjara daripada awalnja, dan lebih baiklah kesabaran daripada keangkuhan hati!
9Hatimu djangan ter-gesa2 mendjadi marah, sebab amarah tinggal dalam lambung orang2 jang bodoh.
10Djangan berkata: "Apa sebabnja masa jang dahulu lebih baik daripada masa sekarang ini?" Bukannja karena kebidjaksanaan engkau menanjakan itu!
11Baiklah kebidjaksanaan disertai pusaka dan beruntunglah itu bagi manusia jang melihat matahari.
12Sebab pelindungan kebidjaksanaan sama adanja dengan pelindungan uang. Dan keuntungan pengetahuan ialah: kebidjaksanaan menghidupi pemiliknja.
13Pandanglah pekerdjaan Allah: siapa dapat meluruskan apa jang telah dibengkokkanNja?
14Pada hari jang baik hendaklah bersukatjita dan pada hari jang malang ingatlah akan ini: Jang satu maupun jang lain telah diadakan Allah, agar supaja manusia djangan menemukan apa jang ada sesudah dia.
15Semuanja itu kulihat sepandjang umur hidupku jang sia-sia: Ada orang djudjur, jang binasa dalam kedjudjurannja dan ada orang djahat, jang pandjang umur dalam kedjahatannja.
16Djangan terlalu djudjur, dan djangan djuga terlampau bidjak! Mengapa akan kaubinasakan dirimu sendiri?
17Djangan terlalu djahat, dan djanganlah engkau bodoh. Mengapa engkau akan mati sebelum waktumu?
18Berbahagialah orang jang mengukuhi jang satu dan tidak melepaskan tangannja daripada jang lain! Sebab siapa jang takut akan Allah menghindarkan ke-dua2nja.
19Kebidjaksanaan mendjadikan orang jang bidjak lebih kuat daripada sepuluh penguasa didalam kota.
20Sebab diatas bumi tiada orang djudjur satupun, jang hanja melakukan jang baik sadja tanpa pernah berdosa.
21Djangan memperhatikan semua perkataan, jang diutjapkan, agar engkau djangan sampai mendengar hambamu mengutuki engkau.
22Hatimu kan tahu pula, bahwa engkau kerap kali telah mengutuki orang lain.
Kesimpulan: soal tak dapat dipetjahkan
23Semuanja itu telah kuselidiki dengan kebidjaksanaan. Aku berkata: "Aku mau mendjadi bidjak." Tetapi itulah tetap djauh daripadaku.
24Djauhlah adanja barang apa jang ada, dan dalam, ja dalam! Siapa gerangan akan mentjapainja?
III TJELAAN ATAS ADJARAN KUNO JANG BIASA BERLAKU Wanita maupun ketidak-setiaan tidak menerangkan keadaan jang tjelaka
25Dalam hatiku aku berusaha lagi untuk mengetahui dan menjelidiki dan mentjari kebidjaksanaan dan rantjangan. Lalu aku mengerti, bahwa kedjahatan itu suatu kebodohan dan kebodohan itu suatu kegilaan.
26Maka kudapati, bahwa: "Lebih kuat daripada maut ialah perempuan, jang mendjadi djaring, jang hatinja mendjadi djerat; dan tangannja adalah tali pengikat; siapa jang berkenan pada Allah, melarikan diri daripadanja, tetapi si pendosa ditangkap olehnja."
27Lihat: inilah kudapati, kata si Pengchotbah, satu sesudah jang lain, sedang mentjari rantjangannja.
28Jang hingga kini ditjari djiwaku dan tidak diketemukannja ialah ini: "Satu manusia jang djitu kudapati diantara seribu orang, tetapi wanita jang begitu tidak kudapati diantara sekian banjak orang."
29Lihatlah hanjalah ini jang kudapati: Allah mendjadikan manusia djudjur, tetapi mereka itu mentjari banjak rantjangan.